Definisi Numerasi
Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.
Dalam penerapannya, numerasi haruslah bersifat kontekstual. Hal ini misalnya dapat disesuaikan dengan permasalahan sehari-hari yang dihadapi oleh murid, menyesuaikan dengan kondisi geografis, sosial budaya atau ekonomi di mana konteks tersebut diangkat. Dalam penerapannya di Indonesia, penerapan numerasi diharapkan dapat dilandaskan pada cakupan matematika yang terdapat pada kurikulum 2013 yang saat ini diterapkan. Dalam pengembangkan kemampuan numerasi yang optimal, numerasi juga diharapkan dapat saling bergantung dan memperkaya unsur-unsur literasi lainnya.
Seperti yang dibahas pada bagian miskonsepsi sebelumnya, numerasi dan matematika adalah dua hal yang berbeda tetapi berkaitan satu dengan yang lainnya. Numerasi bersifat praktis dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini dapat diamati bahwa cakupan numerasi sangat luas, tidak hanya di dalam mata pelajaran matematika.
Numerasi menurut Merrilyn Goos
Merrilyn Goos mengembangkan sebuah model numerasi yang terdiri dari beberapa elemen seperti pada tabel berikut ini (Goos, Dole, & Geige, 2012).
Pada tabel di atas ada lima elemen penting numerasi yang dijabarkan oleh Goos. Kesemua elemen tersebut adalah elemen yang penting dan dapat mendukung pengembangan kemampuan numerasi murid Bapak Ibu di sekolah. Sementara itu, Kemp dan Hogan (2000) juga menambahkan bahwa seseorang yang melek numerasi seharusnya memiliki pengetahuan matematika, pengetahuan kontekstual dan pengetahuan strategi. Dari penjelasan ini Bapak Ibu dapat melihat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam mengembangkan kemampuan numerasi murid Bapak Ibu. Tidak hanya pengetahuan matematika saja, tetapi aspek pendukung lainnya. Konteks atau permasalahn kontektual akan dibahas lebih jauh pada bagian berikutnya.
Masalah Konstekstual
Salah satu hal penting yang juga perlu untuk dibahas lebih lanjut karena berkaitan erat dengan numerasi adalah masalah kontekstual. Nah apa sih sebenarnya masalah kontektual itu?
Konteks dan masalah kontekstual merupakan komponen yang penting dalam numerasi. Konteks bukanlah merupakan hal yang baru dalam kegiatan pembelajaran. Konteks memegang peranan yang penting dalam menjembatani murid untuk memahami suatu konsep. Dalam pembelajaran matematika misalnya, konteks berperan dalam membantu murid untuk memahami dan memperkuat suatu konsep matematika. Secara khusus, dalam pembelajaran matematika realistik konteks menjadi unsur penting dalam membangun pemahaman matematika murid. Konteks digunakan di awal pembelajaran untuk membangun pemahaman konsep matematika murid. Berikut ini adalah salah satu cara mengkonstruk konsep matematika murid dari masalah kontekstual.
Konsteks Numerasi
Masalah konteks mengacu pada situasi yang nyata bagi murid, situasi yang tidak hanya berasal dari kegiatan sehari-hari murid tetapi juga dari masalah matematika formal yang nyata dalam pikiran murid (Gravemeijer & Doorman, 1999). Konteks khusus di mana tugas matematika terletak mampu menentukan tidak hanya kinerja umum tetapi pilihan prosedur matematika (Lave, 1988). Selain itu, karena karakteristik matematika yang abstrak, konteks membantu murid untuk menghubungkan fenomena dunia nyata dengan penggunaan matematika abstrak (Boaler, 1993; Gravemeijer & Doorman, 1999).
Selanjutnya, ada keyakinan bahwa konteks sehari-hari lebih mudah daripada konteks yang abstrak (Boaler, 1993). Artinya dengan menggunakan matematika konteks sehari-hari dapat membantu murid belajar matematika lebih bermakna. Karena konteks sehari-hari berkaitan dengan kehidupan mereka dan situasi dunia nyata, yang lebih mudah dipahami. Ada hubungan timbal balik antara konteks dan matematika dalam implementasinya. Murid diharapkan membantu murid untuk menghubungkan masalah konteks dan konsep matematika serta menerapkannya pada masalah atau tugas lain yang berbeda (Boaler, 1993). Menurut Boaler (1993), konteks memiliki dua peran utama. Pertama, konteks dapat membantu murid untuk menghubungkan situasi dunia nyata dan matematika mereka. Kedua, konteks berguna untuk memotivasi murid agar belajar matematika lebih menarik dan atraktif.
Penggunaan konteks atau masalah kontekstual yang bermakna tentu akan membantu murid untuk mengembangkan kemampuan numerasinya dengan baik. Guru sebaiknya banyak menghadirkan permasalahan-permasalahan kontektual untuk membantu murid memahami kebermanfaatan matematika dalam kehidupannya sehari-hari. Steen (2001) mengatakan bahwa mustahil seseorang dapat memahami matematika dengan baik jika ia tidak sendiri gagal dalam mengenal kebermanfaatan matematika dalam kehidupan sehari- hari. Adapun cara lain untuk membuat murid mahir menggunakan matematika adalah dengan memberikan permasalahan matematika sehari-hari setelah murid memahami matematika formal untuk menyelesaikan masalah dunia nyata. Penggunaan numerasi akan kentara saat menyelesaikan masalah dunia nyata yang komplek dan diselesaikan dengan pemodelan (matematika) seperti pada bagan di bawah ini. Jika murid tidak dikenalkan dengan masalah dunia nyata maka akan sulit mengenali matematika apa yang bisa digunakan untuk membantu menyelesaikannya.
Transfer dunia nyata ke matematika
Pada bagan di bawah ini murid disajikan permasalahan dunia nyata kemudian mentransfernya ke dalam bentuk matematika. Murid membuat asumsi, memformulasikan solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut hingga diperoleh solusi yang tepat. Tidak sampai di situ, murid kemudian mentrasfer kembali solusi tersebut sesuai dengan kenyataan dari permasalahan yang diberikan, memberikan kesimpulan sesuai dengan konteks awal yang disajikan. Solusi suatu masalah tidak hanya berupa bilangan akhir sebagai hasil perhitungan, tetapi harus disesuaikan kembali dengan konteks
Intuisi Bilangan (Number Sense)
Salah komponen penting juga yang perlu dibahas terkait dengan numerasi adalah kepekaan terhadap bilangan atau yang dikenal dengan intuisi bilangan. Intuisi bilangan sejauh ini belum banyak menjadi perhatian dalam pembelajaran matematika di Indonesia. Kepekaan terhadap bilangan perlu untuk ditumbuhkan sejak dini kepada murid. Kepekaan terhadapa bilangan terkait dengan bagaimana murid memahami makna bilangan yang sesungguhnya. Murid memahami makna dari bilangan 5 misalnya dengan menggambarkannya dengan lima buah apel, lima buah jeruk, lima batang pensil dan sebagainya. Memiliki kepekaan terhadap bilangan akan membantu murid untuk mengembangkan kemampuan numerasinya.
Sebagai contoh juga ketika murid mampu memperkirakan atau mengestimasi nilai suatu bilangan dan ini banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya murid memperkirakan berapa uang yang harus dibawanya untuk berbelanja di sebuah toko tanpa harus terlebih dahulu menghitung dengan seksama harga barang-barang yang akan dibelinya. Karena dalam prakteknya di kehidupan sehari-hari terkadang perhitungan matematika yang presisi tidak benar-benar diperlukan dan hanya membutuhkan estimasi atau pembulatan. Konteks yang berbeda seringkali membutuhkan jawaban akhir yang berbeda dan di sinilah kemampuan estimasi perlu digunakan oleh murid.
Numerasi sangat penting dikembangkan di diri murid tidak hanya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari tetapi diharapkan juga akan memberikan manfaat untuk aspek yang lebih luas seperti untuk bangsa dan negara. Murid atau warga yang numerat akan kritis menanggapi berita yang mengandung data ataupun fakta. Hal ini akan membantu pengurangan dampak penyebaran isu atau berita hoax.